Selasa, 24 Januari 2012

AYAT - AYAT CINTA


DRAMA AYAT – AYAT CINTA
Suatu hari ada seorang pemuda Indonesia yang tinggal di Mesir bersama 3 sahabatnya. Mereka semua sedang melanjutkan s2nya di Universitas Al Ahzar. Kala itu Fahri meminta bantuan kepada Maria, tetangga flatnya untuk membetulkan komputernya.
Fahri                      : “Maria…. Maria…!!!”
Maria                    : “Fahri….”
Fahri                      : “Saya butuh kamu?”
Maria                    : “Butuh apa? Kamus Arab atau kamus Inggris?”
Fahri                      : “Bukan, aku butuh kamu di flatku.”
Ketika berada di flatnya Fahri, Maria langsung menghadap komputernya dan mengotak atik pmencari penyebab kerusakan komputer itu.
Maria                    : “Kamu pasti lupa mengupdate virus lagi, semua file kamu hilang. Punya backupnya?” (sambil menatap computer fahri)
Syaiful   : “File apa aja mas yang                                 hilang?”
Fahri                      : “Banyak, yang paling                    penting proposal                                              tesisku.” (binggung)
Syaiful   : “Deadlinenya kapan?”
Fahri                      : “3 hari lagi”
Maria                    : “Fahri,,, kamu kan                                         tidak sendirian disini?” (menenangkan Fahri)
Seketika itu hahri dan teman – temannya mencari lagi bahan – bahan yang di perlukan untuk membuat proposal tesis tersebut yang di bantu oleh Maria juga.
Fahri                      : “Lega rasannya Ful. Kata Ustadz Jalal proposalnya bisa ditunda sampai minggu depan. Lega aku dengarnya!!!” (senang)
Syaiful   : “Baguslah!!!”
Maria                    : “Siapa Nurul itu Fahri?”
Fahri                      : “Nurul itu keponakannya Ustadz Jalal, seorang dosenku di kampus. Dia sering bantu kita  jika menghadapi kesulitan.”
Seketika itu Fahri yang dibantu oleh temannya dan Maria terus berusaha mengerjakan proposal Fahri hingga akhirnya prosposal tersebut selesai. Mereka semua lega dapat menyelesaikan tugas tersebut.
*****
Ketika berada di kampus banyak temannya yang mengucapkan selamat atas keberhasilan Fahri. Tiba – tiba datanglah seorang wanita yang menghampirinya.
Teman Fahri       : “Mas, selamat ya!!!” (sambil memberikan sepucuk surat kepada Fahri sambil malu - malu)
                Tak berapa lama datanglah Nurul yang menghampiri Fahri yang membuat dia terkejut.
Nurul                     : “Surat dari siapa itu mas. Ternyata diam – diam Mas Fahri punya bakat untuk jadi selebriti?”
Fahri                      : (hanya tersipu malu ketika Nurul menggodanya seperti itu)
*****
Fahri                      : “Jadi regenerasi itu sangat penting! Organisasi ini ibarat api unggun,                      anggotanya adalah kayu bakar. Untuk membuat apinya terus besar                          harus ada kayu bakar baru yang masuk.”
Wanita A              : “Kenapa juga ya orang seperti Mas Fahri itu belum nikah juga?” (berbisik kepada temannya)
Wanita B              : “Emangnya kamu mau?” (menantang teman di sampingnya)
Wanita A              : “Siapa takut!!!”
Tiba – tiba percakapan mereka terdiam oleh Nurul yang pada saat itu dia cemburu dan langsung memotong pembicaraan mereka berdua.
Nurul                     : “zzzzt… jangan berisik!!!!”
*****
Keesokan harinya ketika Fahri setelah usai sholat dia menatap dinding flatnya. Di sana banyak sekali paparan kertas yang berisikan planning yang akan dijalani olehnya. Termasuk nikah yang masih menjadi tanda tanya dia selama ini. Tak berapa lama ibu Fahri telpon.
Ibu Fahri              : “Ibu ini tidak memaksa kamu Le? Berusahalah untuk urusanmu sendiri, ibu Cuma mengingatkan saja!”
Fahri                      : “Amanat dari ibu dan bapak belum saya sampaikan sepenuhnya. Lagipula susah buk, karena belum benar – benar menemukan pilihan yang tepat dari Allah.”
Ibu Fahri              : “Emangnya tidak ada perempuan Indonesia yang cocok buat kamu? La Nurul wanita yang sering kamu sebut – sebut itu bagaimana?”
Fahri                      : “Nurul itu hanya teman buk!! Lagian apakah dia mau anak seorang ustadz dengan saya?”
Ibu fahri               : “Kalau Allah menghendapi siapapun bisa jadi jodoh kamu.”
Fahri                      : “Ya bu!! Assalamu’alaikum.”
Ibu Fahri              : “Waalaikum Salam!!!”
Keesokan harinya Fahri bertemu dengan Maria yang pada saat itu dia berapa di jendela Flatnya.
Maria                    : “Fahri, mau ke mana?”
Fahri                      : “Aku mau ke Al Ahzar.”
Maria                    : “Aku boleh titip cd, udara di luar sangat panas.”
Fahri                      : (hanya menganggukan kepala sambil menghampiri jendela Flatnya Maria)
Maria                    : “Itu kesukaan kamu. Ambil saja!” (memberikan keranjang yang berisi uang dan sebotol minuman jus)
Fahri                      : “Aku belikan saja cdnya. Makasi buat minumannya?”
Maria                    : “Sama - sama”
Lalu Fahri pergi untuk melanjutkan perjalannya. Ketika sampai di tengah jalan dia bertemu dengan seorang gadis yang di tampar pipinya oleh ayahnya karena dia tidak kuat membawa barang belanjaannya. Seketika itu Fahri iba melihat peristiwa tersebut.
Keesokan harinya Fahri berkumpul seperti biasanya untuk mengaji di kediaman Ustadz Jalal. Setelah kegiatan tersebut Fahri biasanya bercerita sedikit tentang masalah yang selama ini menjadi beban di pikirannya.
Fahri                      : “Memberikan sepucuk surat.”
Syeih Husman: “Apa ini? Surat lagi??” (tersenyum melihat ekspresi wajah dari Fahri                         kala itu)
Fahri                      : “Tolong Ustadz saja yang menyimpannya. Saya takut                                                   memegangnya.”
Syeih Husman: “Inilah… Kenapa kita di perintahkan untuk menikah! Selain untuk menyempurnakan agama menikah juga untuk menghindari fitnah!!! Sekaligus menimbulkan ketenangan batin.”
Dalam perjalanan pulang Fahri bertemu dengan kerabat lamanya di bis. Keduanya tampak senang pada saat itu.
Ashraf                   : “Assalamu’alaikum Fahri, dari mana kamu?”
Fahri                      : “Waalaikum salam, saya dari Talaqi!! Bagaimana sepek bola yang kemarin, siapa yang menang?” (terkejut tiba – tiba saat temannya datang dari belakang yang menghampirinya)
Ashraf                   : “Jelas Zamalek dong!!!! Fahri… Fahri… itu ada orang kafir Amerika!!” (sambil heran ketika ada dua orang kafir Amerika yang lewat di depannya)
Fahri                      : “Ashraf, bagaimana sepak bolanya kemarin, cerita dong?” (memotong pembicaraan)
Ashraf                   : “kamu tidak menonton?”
Fahri                      : “Tidak!!! Saya ketiduran tadi malam.”
Tiba – tiba ada seorang gadis yang duduk di pinggir jendela. Aisyah namanya. Dia langsung berdiri sambil mempersilakan duduk seorang nenek yang bersama kafir Amerika tersebut. Tapi ada oarng kafir tidak suka dengan sikap Aisyah yang baik kepada orang tersebut.
Aisyah                   : “Jangan duduk di sini. Silahkan duduk di tempat saya saja. Saya minta maaf atas perlakuan orang – orang yang tidak opan kepada anda!!!” (mempersilahkan wanita kafir tersebut)
Penumpang lain: “Hai… orang muslimah kenapa tempat duduk itu kamu berikan kepada orang itu. Dia orang kafir!!!!” (marah – marah)
Aisyah   : “Saya tidak tega terhadap ibu ini!!!”
Penumpangn lain: “Ini memang pantas untuk mereka!!! Kita sengaja tidak kasih tempat untuk mereka!!! Kamu ini mulimah apa bukan???”
Alica                       : “Maafkan saya, dia hanya membantu ibu saya yang terlalu lelah karena kepanasan di luar.”
Aisyah   : “Islam mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada siapapun” (tegas)
Penumpang lain: “Tapi tidak untuk kafir Amerika!!! Kamu tahu apa yang dilakukan oleh kafir Amerika ketika berada di Afganistan, Palestina, Iran. Mereka menuduh Islam itu teroris, padahal mereka sendiri yang teroris.” (bernada keras)
Aisyah                   : “Saya tidak peduli dengan semua itu.” (tiba – tiba memotong pembicaraan pria itu)
Penumpang lian: “Kamu siapa? Apa urusan kamu” (sambil menatap Fahri)
Fahri                      : “Saya orang Indonesia. Dan kau telah menyakiti Rasulullah, kau telah                   menantang Rasulullah yang kelam di hari akhir!!!”
Penumpang lain: “Ahhhrgh” (berusaha untu memekul Fahri)
Ashraf                   : “Dia seorang murid Al Ahzar dari Indonesia. Salah seorang murid Talaqi Syeih Utsman!!” (membela Fahri)
Penumpang lain: “Kalau kamu murid Al Ahzar, lalu apa yang kamu ketahui tentang penderitaan Bangsa Arab?” (sambil mengembalikan kartu identitas yang tadi di kasih oleh Fahri sebagai bukti)
Fahri                      : “Orang asing yang masuk ke sebuah bangsa dengan sah yang harus dilindungi kehormatannya.” (tegas)
Penumpang lain: “Mereka itu bukan orang asing tapi teroris !!! yang bukan dilindungi kehormatannya!!!” (terus menyela)
Fahri                      : “Muhammad bersabda “barang siapa yang menyakiti orang asing, berarti di sama saja dengan menyakiti diriku dan barang siapa yang menyakiti diriku berarti di menyakiti diriku”. Kita boleh benci dengan perbuatan buruk dari seseorang tapi harus tetap adil!!!
Penumpang lain: (tiba – tiba memukul Fahri)
Ashraf                   : “Hentikan…!!! Hentikan…!!! Apa yang kamu lakukan??? Kamu bisa di penjara!!! Demi Allah!!! Sabar… Sabar… Sebut nama Allah. Tenang semuanya, saya minta tenang.” (menenangkan orang tersebut sambil menenagkan situasi dalam bis tersebut)
Tak berapa lama penumpang tersebut pergi meninggalkan mereka. Aisyah hanya terdiam melihat keadaan fahri yang mulutnya mulai berdaraah terkena pukulan dari penumpang tadi.
Ketika ampai di pasar Fahri membersihkan luka tersebut. Dari kejauhan datanglah turis tersebut bersama ibunya.
Alica                       : “Hay.. saya Alica. Terima kasih atas bantuan anda tadi???” (sambil melambaikan tangannya yang akan menyalami fahri)
Fahri                      : “Sama – sama!! Nama saya Fahri. Maaf dalam Islam tidak boleh menyentuh perempuan kecualli muhrimnya” (menolaknya dengan halus)
Alica                       : “Ohh ya!!! Saya seorang wartawan Amerikan yang sedang meneliti tentang Islam. Bisa kita diskusi lebih jauh? Ini kartu nama saya.” (memberikan kartu nama yang diambil dari sakunya)
Fahri                      : “Baik akan saya bantu Ini kartu nama saya!!!” (mengeluarkan kartu namanya juga)
Alica                       : “Terima kasih.” (pergi meninggalkan Fahri)
Fahri                      : “Sama – sama.”
Tiba – tiba Aisyah  datang
Aisyah   : “Terima kasih Indonesia”
Fahri                      : “Apakah kamu oranng Amerika?”
Aisyah   : “Tidak. Saya orang Jerman!!! Kamu bisa bahasa Jerman?”
Fahri                      : “Alhamdulillah, bisa sedikit” (tersipu malu)
Aisyah   : “Nama saya Aisyah.” (memperkenalkan dirinya)
Fahri                      : “Nama saya fahri. Ini punya kamu.” (mengembalikan tasbis Aisyah yang ditemukannya di dalam bis tadi)
Aisyah                   : “Alhamdulillah. Saya pikir tadi hilang! Kamu seorang muslim yang baik. Jarang saya menemukan ornag baik seperti kamu. Assalamu’alaikum” (meninggalkan Fahri)
Fahri                      : “Waalaikum salam.”
Ketika sampai di rumah Aisyah langsung menghampiri pamannya dan menanyakan tentanng Fahri.
Aisyah   : “Paman!!! Paman kenal mahasiswa dari Indonesia? Namanya Fahri”
Paman Iqbal       : “Fahri… Fahri… Fahri!!! Oh ya aku kenal. Dia itu murid kesayangannya syeih Husman, guru Talaqiku. Kenapa?”
Aisyah   : “Tidak… Tidakk (tersipu malu sambil meninggalkan pamannya)
Sore harinya di sungai Nill Fahri bertemu dengan Maria.
Maria                    : “Fahri… Kamu ngapain di sini?” (menghampiri fahri)
Fahri                      : “Sebelum aku ke sini ada dua hal yang aku kagumi dari mesir. Yaitu Al Ahzar dan sungai Nill. Karena tanpa sungai Nill tidak akan ada Mesir dan tidak ada al Ahzar.”
Maria                    : “Aku juga suka sungai Nill karena kalau tidak ada sungai Nill, juga tidak ada Mesir, tidak ada peradapan. Yang ada hanyalah gurun pasir. Kamu percaya jodoh Fahri?”
Fahri                      : “Iya.. setiap orang memiliki…”
Maria                    : “Jodohnya masing – masing. Itu yang selalu kamu bilang. Aku rasa sungai Nill dan mesir itu jodoh. Senang ya jika kita bertemu dengan jodoh yang diberikan tuhan dari Langit.” (memotonng pembicaraan fahri)
Fahri                      : “Bukan dari langit Maria, tapi dari hati!!! Dekat sekali.” (menatap                                            maria)
Maria                    : (menatap Fahri juga)
Fahri                      : “Astagfirullah. Maaf Maria, aku harus pergi. Assalamu’alaikum.”
Maria                    : (hanya terdiam sambil menatap kembali sungai Nill dan memikirkan perkataan yang tadi diucapkan oleh Fahri)
Malam harinya fahri yang masi sibuk menatap Koran di tangannya sambil mencatat bagian – bagian yang penting. Tak berapa lama ada sebuah keranjang yang ada di dekat jendelanya. Handpone fahri berbunyi seketika karena Maria telepon untuk memberitahukan hal tersebut.
Maria                    : “Aku hampir saja lupa untuk kasih kamus itu ke kamu. Kamu butuh itu kan untuk menulis artikel pesanan teman kamu yang dari Amerika itu?”
Fahri                      : “Terus kue bolunya?”
Maria                    : “Kalau itu aku selalu ingat kalau kamu pasti lupa makan.”
Fahri                      : “Terima kasih Maria.”
Maria                    : “Sama – sama Fahri.” (menutup telponnya)
Di sisi lain Nurul yang dari dulu sayang kepada Fahri berusaha untuk membujuk pak Dhe-nya untuk dinikahkan dengannya.
Nurul                     : “Pak de… pak de… kapan mau ngomong ke Mas Fahri?”
Pak De  : “Kamu sudang ngomong ke bapakmu?”
Nurul                     : “Sudah pak de. Kan bapak sudah pernah bilang untuk pak de yang akan ngomong ke Mas Fahri?” (meyakinkan Pak Dhe-nya)
Pak de                  : “Ya sabar toh. Pak de kan masi sibuk!!! Jangan cemberut nanti pak de coba ngomong sama mas Fahri.” (melegakan hati Nurul)
Nurul                     : “Terima kasih ya Pak Dhe.” (tersenyum bahagia)
*****
Sambil membawa roti bolu dari Maria, Fahri tiba – tiba dikejutkan dengan kejadian dari luar flatnya. Ada seorang gadis yang di tampar oleh ayahnya. Dari kejauhan Fahri penasaran dengan keaddan yang sebenarnya terjadi. Tak berapa lama Fahri menelpon Maria agar membantunya untuk menolonng Noura.
Fahri                      : “Maria kamu dengar itu kan?” (menelpon Maria)
Maria                    : “Iya..”  (melihat keluar dari jendela kamarnya)
Fahri                      : “Aku tidak tega dengannya Maria. Tolong bantu dia.”
Maria                    : “Aduuuh Fahri !!! kamu tahu sendiri kan Bhahadur gimana?”
Fahri                      : “Ini sudah keterlaluan Mari. Tolonglah!!! Aku paling tidak tahan meihat perempuan yang menangis!!! Maria… tolonglah!!!” (meyakinkan Maria)
Lalu maria keluar pintu dengan perasaan takutnya untuk berusaha keluar menolong Noura. Ketika berada di depan flatnya Fahri, Mari berhenti sejenak. Dan Fahri juga masi meyakinkan Maria. Ketika berada di luar Maria langsunng menemuai Noura yang bibirnya berdarah terkena tamparan dari ayahnya. Noura semakin takut ketika Maria mendekatinya. Dia mengira kalau maria jugaa akan menyakitinya.
Maria                    : “Noura… Noura!!! Ikut aku” (memegang tangaan Noura)
Noura                   : (menangis tersedu ketika Noura mengajaknya untuk pergi)
Maria                    : “Nurul ayo pergi!!!”
Noura                   : “Ini semua salahku???”
Tak berapa mereka mendengar suara Bhahadur yang sedang memarahi seorang wanita dari jauh. Dengan perasaan takutnya Maria langsung memegang tangan Noura dan mengajaknya untuk segera pergi dari tempat tersebut. Dan Fahri juga masih mengawasi dari jendela flatnya.
Keesokan harinya Maria membangunkan Noura yang masih terlelap tidur di kursi flat rumahnya Maria. Ketika adzan subuh Maria mengajak Noura untuk pergi menemui Fahri secara diam – diam dan mengajaknya u ntuk mencari tempat yang aman agar Bhahadur tidak mengetahuinya.
Di situasi lain Bhahadur marah – marah atas kepergian dari Noura.
Bahadur               : “Noura!!!! Noura pergi. Siapa yang tahu? Siapa yang menculik anakku.” (mengamu
k sambil menngobrak – abrik barang dagangan dari penjual yang berada di sekitar pasar tersebut)
*****
Moura menceritakan semua kejadian yang dialaminya kepada Nurul, Maria dan Fahri ketika sampai asramanya Nurul.
Noura                   : “Ayah ingin menjualku. Dia ingin menjadikanku sebagai pelacur. Dia bilang aku bukan anaknya. Aku ditukar ketika sejak bayi, jadi aku pantas mendapatkan seperti ini dan pantas juga untuk di jual. (menangis sambil mengingat – ingat kejadian masa lalu ketika dia dijual oleh ayahnya)
Fahri                      : “Noura… saya janji akan bantu kamu.
Tak berapa lama Fahri membujuk Nurul agar Noura boleh tinggal di Asramanya. Awalnya Nurul bingung. Dia takut jika nantinya akan disalahnya bila ada terjadi sesuatu. Tapi Fahri mencoba terus untuk menasehati Nurul hingga pada akhirnya Nurul mau jiaka Noura tinggal di Asramanya. Sementara itu Fahri juga akan mencari bantuan lewat temannaya untu mencari tahu siapa orang tua Noura seebenarnya.
*****
Selang waktu beberapa hari, akhirnya Fahri berhasil juga menemukan orang tua kandungya Nurul yang sebenarnya. Fahri juga mengantar Noura sampai rumahnya. Suasana haru biru menjadi satu ketika bereka semua berkumpul. Noura terlihat menangis karena bahagia karena bisa bertemu dengan ayah, Ibu, dan adik kandunngnya. Saat itu juga diadakan syukuran untuk menyambut kedatangannya Noura.
Ayah Noura        : “terima kasih banyak Fahri. Kamu anak yang hebat!!! (menyalami tangannya Fahri)
Fahri                      : “terima kasih juga.
Nurul menghampiri Fahri sambil membawa sepucuk surat untuknya.
Nooura                 : “Demi Allah. Kamu lelaki yang berhati mulia. Terima kasih Fahri (meninggalkan Fahri)
*****
Ketika pulang dari mengantar Noura di jalan Fahri membaca surat dari Noura yang isinya.
Wahai orang yang lembut hatinya
Sudah lama akku selalu mengecap pahit yang kelam oleh penderitaan
Aku tak punya siapapun kecuali Allah di hatiku
Tapi kau datanng dengan cahaya
Aku ingin menjadi halal yang bagimu
Yang kan kau kecup keningnya
Kau hapus air matannya
Dan orang yang selalu merindukan cahayamu
Fahri, tolong saya
Noura
Keeseokan harinya Fahri mendapatkan berdiskusi dengan Alica, seorang wartawan Amerika yang dikenalnya keetika bertemu di bis tempo hari. Mereka membahas tentang Agama islam yang saat itu Fahri ditemani oleh Aisyah.
Alica                       : “jadi Islam sangat melindungi perempuan.” (melihat artikel dari fahri)
Fahri                      : “islam mengajarkan bahwa surge itu ada di telapak kaki ibu. Begitu hadist meriwayatkan yang menjadi dasar Islam agar menjunjung tinggi perempuan.”
Alica                       :” lalu bagaimana dengan  kekerasan dalam rumah tangga? Bukankan dalam Al Qur’an memberikan izin suami untuk memukulnya?”
Fahri                      : “banyak muslim menggunakan Surat Annisa untu melakukan tindakan pengecut memukul perempuan. Padahal dalm surat tersebut menjelaskan 3 hal, apabila seorang istri berlaku Nusyus, yaitu melanggar komitmen pernikahan yang pertama akan dinasehati, kedua diperingatkan, dan ketiga akan dipukul. Tetapi tidak boleh dimuka dan niatnya bukan untuk menyakiti. Semuanya ada ditulisanmu Alica.”
Alica                       : “iya. Inggrismu bagus.”
Fahri                      : “terima kasih. Aku di bantu oleh maria.”
Alica                       : “pacarmu kah?”
Aisyah   : “kamu sudah punya pacar?” (tiba – tiba menyela)
Fahri                      : “bukan!!! Mari itu ttetanggaku. Si islam tidak mengenal istilah pacaran. Biasanya kami mengenal yang namanya ta’aruf.  Saya juga menulisnya di sini.” (menunjukkan artikelnya kepada Aisyah dan Alica)
                Aisyah, katanya kamu punya saudara yang ……
Aisyah   : “kalau boleh aku tebak namanya Iqbal Hakim Nirbaka?”
Fahri                      : “iya. Benar!!!”
Aisyah   : “dia pamannku.”
Fahri                      : “Subhanallah!!!  Ternyata dunia ini sangat sempit. Bagaimana studynya tentang Indinesia?”
Ausyah                 : “Lancar Alhamdullah. Karena dia aku jadi tertarik dengan Indonesia. Aku suka dengan kulturnya.”
Alica                       : “Sepertinya kalian sudah kenal llama.  Berarti kalian cocok!!! Terima kasih fahri. Besok aku kembali ke Amerika. Assalamu’alaikum.” (memotong pembicaraan Aisyah)
Fahri                      : “Wa’alaikum salam.”
Aisyah                   : (hanya terdiam sambil menganggukkan kepalanya lalu pergi bersama Alica meninggalkan Fahri)
*****
Maria yang duduk terdiam kala itu sedang menullis nama Fahri di buku catatannya.
******
Syeih Husman   : “melihat keadaan ini, kamu seharusnya sudah pantas untu melakukan satu hal, Fahri. Ini hanya sekedar saran. Kamu boleh menolaknya. Mantan muritku mencari jodoh untuk keponakannya. Apakah kamu mau untuk melakukan ta’arup? Aku ada calon untukmu??”  (memegam surat yang deberikan oleh Fahri)
Fahri                      : (hanya terdiam membisu)
*****
Syaiful   : “terima ajalah ri, dari syeih Husman toh?” (minum botol teh)
Fahri                      : “tapi Ful???”
Syaiful   : “Aku ngerti. Kasi masi bingung dengan konsep jodoh toh? Ta’aruf ri!!!                                 Itu kalian Cuma ketemu, disaksikan dengan fihak keluarga kalau suka                        sama suka ya lanjut ke pernikahan. Dan kalau tidak anggap saja itu                                 hanya untuk nenjalin sillaturrahmi yang menjallin hunbungan                                     antara dua keluarga. Kamu juga dapat teman baru. Semua tergantung                          imanmu sekararanng.” (menenangkan hati Fahri)
Fahri                      : (terdiam dan masi memikirkan apa yang tadi diucapkan oleh                                     temannya)
*****
Maria ahnya duduk terdiam sambil memegang botol minuman kesukaannya Fahri di samping jendela flatnya. Dia binggunng dengan perasaannya terhadap Fahri kala itu. Tiba – tiba mamanya dating. Diapun mulai malu untuk meceritakannya.
Mamanya Maria: “waktu kecil di jendela ini teempat kamu bermain. Mama masih ingit bagainman katawa kamu yang begitu lepas waktu itu. Tapi belakangan ini mama sudah jarang melihat ketawa itu. Bukan karena orang Indonesia itu?” (mengambil botol dari maria)
Maria                    : “Mama…” (mengambil botol tersebut dari mamanya)
Mamanya Maria: “tidak usah seperti itu. Kita akan ke rumahnya nenek di Nurghada. Kita sudah lama kan tidak ke sana, yaa?” (memegang pundak Maria)
Maria                    : (terdiam yang dalam hantinya dia ingin tidak pergi)
Ketika akan pergi, maria ingin perpamitan kepada Fahri. Tapi dia memikir kalau Fahri sedang keluar. Dan pada akhirnya Mariapun pergi.
*****
Keesokan harinya Fahri berada di rumaanya Aisyah untuk melaksanakan ta’aruf.
Fahri                      : “saya ini hanya seorang anak dari penjual tape. Saya belum punya                         pekerjaan tetap. Saya merasa tidak pantas!!! (masih ragu – ragu)
Syeih Husman: “Istighfar Fahri!!! Pernikahan itu bentuk dari ibadah. Insyaallah akan                        dibukakan pintu rezeki untukmu kelak.”
Paman Iqbal       : “yang paling penting akhlaknya!!! (meyakinkan Fahri)
Fahri                      : (menganggukkan kepalanya)
                Seketika itu Aisyah datang!!!
Aisyah   : “Assalamu’alaikum Fahri.”
Fahri                      : “Waalaikumsalam.”
Ibu Aisyah           : “Sekarang buka cadarmu Aisyah. Calon suamimu berhak tau wajah                       aslimu.”
Tak berapa lama Aisyah langsung membuka cadarnya pelan – pelan. Seketika suasana langsung berubah. Fahri hanya terdiam melihat wajah aslinya Aisyah. Semua oranng yang berada disitu hany tersenyum melihat kejadian itu dan berharap Fahri bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi.
*****
Keesokan harinya Fahri menemui temannya.
Fahri                      : “Rul… rul…. Aku sudah ketemu jodohku!!!!” (memeluk temannya)
Teman Fahri       : “Alhamdulillah.”
Lalu Fahri pergi untuk ke flatnya maria. Berulang kali dia mengetuk pintu tapi tidak ada yang menjawabnya. Sementara Fahri juga belum menengetahiu kalau Maria pergi untuk mengunjungi rumah neneknya. Tak berapa lama tetanngga yang lain lewat. Dia memberitahukan kepada Fahri kalau Maria dan Mamanya pergi ke rumah neneknya yang ada di Nurghada dai kemarin. Selanng beberapa menit kemudian Fahri menelpon kembali ibunya untuk memantapkan niatnya menikah dengan Aisyah. Ibunya hanya berpesan jika kelak calon istrinya menikah dia mau jika diajak pulang ke Indonesia. Tapi ibu dan bapaknya Fahri tidak bisa melihat acara pernikahannya karena beliau tidak kuat jika lama – lama berada di dalam pesawat. Hanya do’a yang tulus dari kedua orang tuanya untuk Fahri yang bisa diberikan.
*****
Keesokan harinya pernikahan itu dilaksanakan. Semua pada sibuk untuk menyiapkan hari bahagia ini. Sampai pada sat akad nikahnya tiba. Saaat proses akad nikah berlangsung semua terasa khidmat. Semua terasa bahagia tak terkecuali Fahri dan Aisyah. Tapi di sisi lain Nurul yang kecewa dengan pernikahan ini. Dan Maria juga belum mengetahui jika Fahri sedah menikah.
Mamanya Maria: “kamu kenapa Maria?”  Tidak mau menghampiri                                                                            Fahri??(menghampiri putrinya)
Maria                    : “tidak mama.” (pergi ke kamarnya meninggalkan mamanya sambil                        cemas)
*****
Ketika acara usai Fahri mengelilingi rumah yang ditemani Aisyah. Fahri masi herang dengan keaadan ini.
Aisyah   : “ini semua buku untuk kamu. Semuanya baru!!!” (menunjuk rak                                            bukunya)
Fahri                      : “aku kan masih punya buku – bukunya?” (masih heran dengan pemberian dari Aisyah yang dipikirnya melewati batas)
Aisyah   : “itu buat teman kamu. Yaa??”
Fahri masih menganggap ini hanyalah mimpi. Dia tidak pernah menyangka kalau bisa tinggal di rumah yang mewah. Apalagi dia hanya anak dari seorang penjual tape. Mengenal Aisyah saja hanya sebentar. Melakukan ta’rufpun sebenarnya masih ragu.
Keesokan harinya Maria kembali ke flatnya. Ketika sampai di pintu flatnya Fahri dia berhenti sejenak. Maria sedikit herasa heran karena flatnya fahri terlihat sepi tidak seperti biasanya. Tak berapa lama kemudian Syiful keluar dri flstnya. Terllihat perasaan takut ketika bertemu dengan Maria.
Maria                    : “syaiful, di mana Fahri.” (penasaran)
Syaiful   : (dengan perasaan takutnya dia bercerita semua tentang Fahri)
*****
Maria kecewa dengan semua ini. Tidak ada satu oranngpun yang mengabarkan kalau Fahri sudah menikah. Sejak dia berada di rumah neneknya dia tidak pernah berhubungan lagi dengan Fahri. Handponenya juga susah untuk di hubungi. Apalagi Maria dari dulu ada rasa dengan Fahri dan berharap banyak jika kelak dia bisa hidup bersama. Dalam kamarnya dia terus menangis sambil memegang salip yang ada di meja. Mamanya maria hanya seddih terdiam melihat tingkah laku dari anaknya.
*****
                Sementara itu Fahri dan Aisyah menikmati masa kebersamaannya dengan menaiki unta. Mereka terlihat sangat senang menikmatinya. sesampainya di flat Faahri berfikir kalau ini semua terlalu berlebihan untuknya.
Fahri                      : “Aisyah… apa flat kita tidak terlalu mewah? Jujur aku tidak sanggup untu membayarnya.”
Aisyah   : “sayang… ini kan flatnya ibuku. Tidak papa kan kalau kita tinggal di                          sini dulu. Kamu kan bisa tenang kuliahnya dan aku juga bisa menulis                        buku. Tapi aku ikut kamu. Kamu kan imamku.”  (merekam tingkah                                           lakunya Fahri dengan Handycamenya)
*****
                Keesokan harinya Fahri pergi ke al Ahzar yang diantar oleh Aisyah dengan menggunakan mobil. Ketika masuk Fahri bertemu dengan Nurul. Tapi nurl diam saja tidak seperti biasanya. Fahripun heran dengan sikapnya Nurul. Dia tidak tahu kalau Nurul kecewa jika dia nikah dengan Aisyh. Ketika akan sampai di flaatnya Fahri, dia betemu dengn Maria. Tapi sikap Maria juga sama seperti nurul. Hanya terdiam sambil menatap muka Fahri lalu pergi meninggalkannya tanpa berbicara sedikitpun. Ketika di flatnya Fahri bertemu dengan Syaiful. Dia bercerita tentang kejadian aneh yang terjadi dengan Nurul dan Maria.
Fahri                      : “aku tiu tidak mengerti ful, ada apa sebenarnya dengan Maria dan                        Nurul.”
Syaiful   : “kamu itu ri sebenarnya tidak meengerti atau pura – pura tidak                                               mengerti?” (menata buku dalam raknya)
Fahri                      : “maksudnya??? Aku tidak tahu salahnya apa.”
Syaiful   : “ya wislah. Kenalin saja Aisyah ke mereka berdua.”
Fahri                      : (terdiam)
*****
Dan pada akhirnya pertemuanpun itu terjadi. Awalnya Maria menolak ajakan mamanya untuk pergi dalam acara tersebut. Tapi setelah dinasehati Mariapun mau mengikuti permintaan dari mamanya untuk betemu dengan Fahri dan Aisyah. dalam pertemuan tersebut Mamanya Maria memberikan sebuah bingkisan kado untuk hadiah pperkawinan mereka. Mariapun yang pada waktu itu hanya terdiam dalam pertemuan tersebut karena dia masih cemburu jika Fahri menikah dengan Aisyah.
******
Ketika sampai di rumah Fahri membenahi komputernya yang rusak. Tiba – tiba Aisyah menanyakan pertemuan tadi yang dianggapnya ada yang disembunyikan dengan Maria.
Aisyah   : “Fahri… kenapa ya Maria sepertinya tidak suka denganku???”                                  (heran)
Fahri                      : “sudahlah… jangan su’udzon dulu terhadap dia. Kan maria capek habis dari rumah neneknya, dia memang gampang sakit.”  (berusaha untuk mengalihkan pembicaraan)
*****
Mamanya Mariapun juga ikut sedih dengan peristiwa yang dialami oleh maria. Beliu berdoa kepada Tuhan supaya diberikan ketenangan dalam hidup maria setelah tahu kalau Fahri sudah menikah.
Maria dalam kamarnya mencoba untuk menggenakan kerudung di depan kacanya. Yang ada di dalam benaknya dia akan masuk islam. Tapi hantinya masih binggung.
Dari dalam flat temen – temannya Fahri, mereka dikejutkan dengan suara yang terdengar dari luar jendela. Mereka penasaran dan tiba – tiba membuka jemdela tersebut. Dilihatlah seutas tali yang ada keranjangnya berisi roti kesukaannnya Fahri. Tampak dari bawah Maria sedang seedih dan masih mengingat – ingat peristiwa pertemuan tempo hari. Teman – temanya Fahri merasi iba dengan sikap Maria.
*****
Fahripun binggung dengan dengan keadaannya setelah menikah. Dia merasa hidupnya terlalu mewah selama ini.
Fahri                      : “Aisyah… apakah semua ini tidak terlallu mewah untuk kita? Aku kepikiran untuk kerja sampingan. Maksudku bukan hanya sebagai penulis artikel lepasan saja.”
Aisyah                   : “Untuk apa? Uang kita kan sudah cukup. Kamu tinggal konsentrasi sama s2 kamu saja.”
Fahri                      : “Tapi aku kepala keluarga sekarang. Aku tidak bisa diam begitu                                                saja?”
Aisyah                   : “Fahri … tanggung jawab kamu bukan hanya materi. Kita sudah menikah, tidak ada batasan materi. Uang aku, uang kamu juga sayang!!! Tapi kalau kamu kebertan aku juga tidak masalah. Tidak pakai mobil juga tidak apa – apa.”
Fahri                      : (Hanya terdiam)
*****
Keesokan harinya Fahri, Saiful, dan Aisyah mengunjungi asramanya Nurul. Sikapnya Nurul aneh ketika bertemu dengan Aisyah. tampak dari jendela ruangan tersebut Fahri dan Aisyah mengamati sikap anehnya Nurul. Akhirnya Fahripun baru sadar kalau Nurul juga menyanayngi Fahri.
*****
Malam itu Maria keluar dari flatnya. Tampak mukanya yang masih pucat karena pernikahan Fahri yang masih belum bisa dia terima sampai sekarang. Tak berapa lama dari belakanng ada mobil yang dari arah belakang tiba – tiba menbrak Maria hingga dia tidak sadarkan diri. Beberapa menit kemudian datanglah tetangganya yang mengetahui kejadian tersebut dan segeralah bapak tersebt membawa ke reumah sakit tepat di mana ibunya Maria bekerja. Mamanya Maria sangat sedih dengan kejadian yang dialami oleh anaknya.
*****
Fahri membuka kamarnya. Dia dikejutkan denngan Aisyah yang tiba – tiba membawa laptop baru di tangannya.
Aisyah   : “Surprise!!!!!”
Fahri                      : “Mana komputerku?”
Aisyah   : “Aku ganti sama yang ini. Semua file kamu sudah aku pindah di sini.                      Semuanya auto save. Jadi kamu tinggal pakai.”
Fahri                      : “kenapa kamu jual komputerku. Itu aku beli dengan uangku ssendiri.                   Semua kenangan ada di computer itu. Kenanganku dengan teman –                        temanku, dengan Maria juga!”
Aisyah   : “Apakah barang kamu semuanya adaa kaitannya dengan Mari?”
Fahri                      : “Loh kamu kenapa cemburu?”
Aisyah   : “Aku tidak cemburu Fahri!!!”
*****
Pak dhe dan bu dhe-nya Nurul malam itu datang ke rumahnya Aisyah untyuk menemui Fahri.
Pak Dhe               : “Kami mau bicara soal Nurul!!!”
Fahrii                     : “Ada apa Ustadz?”
Pak Dhe               : “Maafkan kami Fahri kalau kami harus datang malam – malam ke sini. Nurul kehilangan cahaya hidupnya.”
Fahri                      : “Apa yang Ustadz dan Ustazah maksud?”
Bu Dhe : “Nikahi Nurul!! Dia sangat menyayangimu Faqhri!!!”
Pak Dhe               : “Tolong Fahri… saya yakin pasti kamu bisa berlaku adil.”
Fahri                      : “Maaf saya tidak mau dan saya tidak ada niatan untuk \seperti itu. Nikah bukan hanya itu dasar dalam menikah. Saya harap ustadz dan ustadzah lwebih mengerti.”
Tak berapa lama Pak Dhe dan Bu Dhenya Nurul pulang dengan kekecewaan. Fhripun kembali masuk ke kamarnya. Di depan pintu Aisyah tampak kesal dengan Fhri sambil membawa hape yang tadinya berbunyi. Tak berapa lama ada suara orang mengetuk pintu dari luar. Fahripun membukanya dan dia langsung spontan terkejut edngan kedatangan polisi yang tiba – tiba menangakapnya dengan alas an pemerkosaan seorang gadis mesir.
*****
Ketika sampai di kantor polisi Fahri langsung di introgasi. Tapi Fahri menyangkal kalau dirinya bukan yang memperkosa Noura. Tak berapa lama Aisyah menyuseyul ke kantor polisi untuk menemui Fahri. Tapi semuanya sia – sia karena polisi tidak menginjinkan untuk bertemu edngan siapapun kecuali setelah pengadilan berlangsung. Aisyahnpun berniat untuk menghubungi pengacara yang berasal dari Indonesia. Awalnya Iasyah ragu edngan semua itu tapi ini semua dia lakukan untuk membebaskan Fahri.
Polisi                      : “Fahri!!! Kamu yang telah memperkosa gadis Mesir yang bernama Noura?”
Fahri                      : “Bukan. Ini fitnah!!!”
Polisi                      : “Mengaku saja!!!”
Fahri                      : “Tidak!!! Demi Allah saya tidak memperkosa gadis itu. Ini semua                                             fitnah”
                Sampai berulang kali polisi menanyai seperti itu. Tapi jawaban Fahri tetap sama. Dia terus menyangkah tuduhan itu.
*****
Keesokan harinya dia telah menemuai pengacara yang kemarin sudah dihubunginya.
Penngacara        : “Apakah anda masih kewarganegaraan Jerman?”
Aisyah   : “Iya…”
Fahri                      : “Tadi anda telah menceritakan bahwa anda sebelunya telah melakukan taaruf. Lalu menikah dengan suami anda? Maksud saya seberapa kenal anda dengan suami anda?”
Aisyah   : “Maksud anda apa?”
Pengacara           : “Maaf! Ini dengan perkataan dari saya. Ini hanya sebatas pengetahuan saya untuk membantu suami anda. Karena ini juga bagian dari tugas saya.”
Aisyah   : (hanya terdiam)
*****
Keesokan harinya dia ke flat lamanya fahri. Di dalam kamarnya Aisyah mengobrak – abrik baranng – baranngnya Fahri untyuk mencari identitas sebenarnya. Saiful yang mendengar kekacauan itu tiba – tiba menghampiri kamar Fahri.
Saiful                     : “Apa yang kamucari Aisyah?”
Aisyah                   : “Aku tidak tahu!!! Saya Cuma ingin melihat siapa suami saya. Siapakah Fahri itu. Saya memang tidak tahu apa – apa tentang suami saya. Tidak ada yang bisa bantu saya.” (membanting foto keluarga Fahri)
Saiful                     : “Coba kamu temui saja Nurul. Aku juga akan bantu”
*****
                Akhirnya Aisyah menuruti saran dari Saiful. Dia bertemu dengan Nurul. Nurul bercerita semua tentang kehadian yang sebenarnya.
Nurul                     : “Mas Fahri dan Noura mengantarkan Noura ke asramaku. Lalu mMas Fahri memintaku untuk memperbolehkan Noura untuk tinggal di asramaku sementara dia berusaha mencari orang tau Noura kandung Noura. Jadi tidak ada pemerkosaan sama sekali saat itu. Bersentuhan dengan gadis muhrim saja tidak pernah.”
Aisyah   : “Benar tidak ada yang kamu lupakan?”
Nurul                     : “Saya sudah bercerita seperti ini sebanyak 3x Aisyah!!!”
Aisyah                   : “Lalu kenapa paman dan bibi kamu datanng ke flatku. Apa ada yang belum selesai?”
Nurul                     : “Tidak ada yang belum selesai. Bahkan mengawalinya sajapun tidak pernah.”
*****
Malam harinya Aisyah mendapat telepon dari ibunya Fahri. Beliau tahu kalau anaknya masuk penjara karena tuduhan pemerkosaan.
Ibu                         : “Assalamu’alaikum. Aisyahnya ada?”
Aisyah   : “Waalaikum salam. Iya saya Aisyah. Ini siapa”
Ibu                         : “Ini ibunya Fahri. Ibu mengerti semua tentang Fahri nak. Dia di fitnah”                                 (menangis)
Aisyah   : (hanya terdiam menangis)
*****
                Sidang pertama berlangsung. Dari pihak Fahri kecewa dengan saksi – saksi dari pihak Noura. Semua berbohong pada saat itu untuk menjatuhkan Fahri. Sempat ada kericuhan antara dari pihak Noura dan pihak Fahri. Noura yang saat diwawancarai oleh wartawan untuk mencari keterangan, dia kelihatan takut. Dari kejauhan Aisyah mengawassi gerak – gerik Noura tapi dia tidak berani menatap Aisyah.
*****
Saat sidang usai dari pihak Fahri berkumpul. Mereka semua memikirkan untuk membela Fahri agar dia bebas dari hukuman ini.
Pengacara           : “Kita tidak dapat memenukan bukti lain. Karena teman – teman kamu                                 menghilang sejak keluarga Maria tidak ada kabarnya.”
Saiful                     : “Maria kecelakaan ri. Sejak itu flat metreka kosong. ”
Fahri                      : “Kita harus menemukan Maria. Dia satu – satunya kunciku.                       Sebenarnya ada satu bukti lagi. Tapi aku tidak yakin apakah bukti ini kuat atau tidak. Ada surat cinta dari Noura yang aku titipkan ke Syeih Husman.”
Polisi penjaga: “Waktu habis!!!”
Fahri                      : “Aisyah maafkan aku sudah berbicara seperti ini. Tapi aku tidak                                               bersalah!!!”
Aisyah   : (hanya terdiam)
*****
                Keesokan harinya Aisyah menemui istri Syeih Husman. Tapi dia tidak menemukan apa – apa karena istrinya tidak pernah dititipiu surat oleh suaminya. Tiba – tiba Aisyah mual – mual.
                Tanpa pikir panjang Aisyah mendatangi Maria yang saat itu masih terbaring lemah di rumah sakit. Mamanya sebenarnya tidak ingin bertemu dengan Aisyah tapi AAisyah memohon agar bisa mendapatkan bukti yang jelas untuk membantu suaminya keluar dari penjara.
Mamanya Maria: “ini diary Maria. Semua Maria tulis tentang isi hatinya di sini. Maria memeng tertutup setelah kalian menikah. Dia tidak mau makan dan minum. Setelah dia sembuh dari kecelakaan dia tidak mau bangun lagi. Saya sengaja bawa dia peergi dan menjauhkan segala sesuatu yang berhubungan denganFahri. Tapi semuanya sia – sia. ”
Aisyah   : (Tiba – tiba pingsan)
*****
                Ketika berada di toilet Aisyah terkejut. Tespeck yang dipegangnya ternyata positif.  Ketika melihat buku diarynya Maria, Aisyah terkejut karena dugaannya selama ini benar. Maria menyimpan rasa terhadap suaminya. Lalu Aisyah mendatangi kantor polisi untuk bertemu dengan Fahri. Aisyah mencertikan semua yang ada di dalam buku diary milik Maria. Dan Aisyahpun berencana agar Fahri menikahi Maria. Aisyah membawa tape recorder yang nantinya Fahri akan berbicara tentang isi hatinya kepada Maria.
                Aisyah kembali lagi ke rumah sakit dengan membawa tape recorder tersebut. Tepat di samping telinga Maria, Aisyah mendengarkan suara Fahri yang telah di rekamnay keetika berada di penjara tadi. Perawat rumah sakit menginginkan agar Fahri sendiri yang memenui Maria. Pengacara Aisyah akan berusaha untuk membantu agar Fahri bisa izin keluar tapi hanya 3 jam saja. Dengan menggunakan kewarganegaraan Jerman yang berasal dari Aisyah.
*****
                Dengan bantuan dari pengacara Aisyah, Fahripun akhirnya bisa keluar untuyk menemui Maria yang berada di rumah sakit. Ketika Fahri berbicara dengan Maria yang saat itu dia masih belum sadar, tiba – tiba gerakan matanya mulai sadar tapi masih lemah. Aisyahpun meminta Fahri agar dia mau menikahi Maria. Lalu Aisyah menyeret Fahri keluar dari kamarnya Maria
Fahri                      : “Aisyah poligami itu tidak semudah yang kita harapakan!!! Kamulah yang kupilih dengan Allah. Dengan nama Allah. Kamulah jodohku!!!”
Aisyah   : “Jodoh itu rahasia Allah Fahri. Ada diri muslimah dalam diri Maria. Dia butuh kamu dan bayi dalam kandunganku butuh ayah.” (menangis)
Fahri                      : “Tapi Aisyah???”
Aisyah   : “Nikahi Maria” (melepaskan cincin perkawinan Aisyah)
                Pernikahanpun di gelar dalam rumah sakit. Aisyah yang sedih tidak kuat melihat pernikahan sauminya.
*****
                Sidangpun kembali di gelar. Dari pihak Fahri memanggil maria sebagai saksi kunci dari kejadian ini. Noura yang resah karena dia takut kebohongannnya akan terungkap. Tak berapa lama Noura mengakui semua kebohongannya dan yang meemperkosa dia adalah ayah angkatnya. Semau orang yang verada di oersidangan puas dengan hasil keputusan dari hakim. Bahwa Fahri tidak bersalah.
*****
Setelah Fahri keluar dari penjara akhirnya Aisyah, Fahri, Maria beserta keluarga kembali keflat mereka untuk beristirahat, disitu Fahri mengalami dilema mau tidur dengan Aisyah atau Maria dan akhirnya Fahri memutuskan untuk  tidur diruang tamu. Dan pagipun datang Aisyah, Fahri, dan Maria bersama-sama makan pagi disitu mereka merencanakan untuk pergi kesuatu tempat, disitu terjadi kedekatan antara Fahri dan Maria kedekatan itulah yang menimbulkan rasa cemburu dihati Aisyah, dilema pun dirasakan oleh Fahri karena bukan hanya Aisyah saja yang membutuhkan perhatian Fahri tetapi Maria juga, dan tanpa sengaja Aisyah melihat Fahri dan Maria berciuman hal itu membuat Aisyah Semakin cemburu dan memutuskan untuk meninggalkan flat untuk sementara waktu untuk pergi ke Turki.
Fahri                      : “Kamu mau pergi kemana Aisyah?”
Aisyah   : “Aku mau pergi ziarah kemakam ibu diturki sama paman Iqbal..”
Fahri                      : “Kok, tiba-tiba sekali? Kenapa dengan Iqbal aku bisa kan menemani                      kamu..”
Aisyah   : “Kamu kan harus jaga Maria..”
Fahri                      : “Tapi kandungan kamu Aisyah, anak kita..”
Aisyah   : “Tolong Fahri, aku butuh waktu sendiri ini buat kita semua Fahri..”
*****
Fahri                      : “Aku bingung ful, gimana nyatuin Aisyah sama Maria?
Saiful                     : “Aku ini 1 istri belum punya ae, kamu nanya 2.. (sambil agak bercanda)
Fahri                      : “Aku capek ful.. (dengan wajah lesu)
Saiful                     : “Ini setauku ajah luh yah, kamu gak akan mungkin bisa menyatukan mereka yang bisa   kamu lakukan berusaha untuk adil, tapi ingat 1 istri ajah belum tentu merasa adil apalagi 2.”
*****
Fahri dalam keadaan bimbang dan dilema, lalu Fahri melakukan sholat dan mendengarkan ceramah dari seorang Ustad yang isinya “ Tidak pernah ada orang yang minta susah, tetapi ketika kesusahan itu datang ke kita apa kita harus marah? Capek sekali hidup kita jadinya sebagai muslim kita tidak boleh menyerah Allah selalu bersama orang-orang yang berusaha”
Paman Iqbal       : “Saya bukannya tidak mau mengantar kamu ke turki, tapi apa harus sekarang?”
Aisyah   : “Aku butuh waktu untuk memahami semua ini?”
Fahri                      : “Ikhlas Aisyah, itu yang sekarang sedang berusaha aku jalani, aku tidak ikhlas menerima kamu lebih kaya dari aku, aku tidak ikhlas menerima kondisi kita bertiga dengan Maria hingga aku tidak tau adil itu apa dan bagaimana yang seperti ini aku akan belajar lagi tapi untuk itu aku butuh kamu.”
*****
Akhirnya setelah ada penjelasan dari Fahri Aisyah dapat mengerti dan mau kembali lagi keflat, hari demi hari mereka lalui bersama-sama dengan rasa senang hati tanpa beban, dan tidak ada lagi perselisihan diantara mereka atau rasa cemburu dihati Aisyah.
Fahri                      : “Kamu nanti pengen menjadi apa?”
Maria                    : “Aku ingin menjadi penulis novel yang terkenal.”
Fahri                      : “Penulis novel yang terkenal(sambil tertawa).”
Maria                    : “Kamu lagi ngapain Aisyah?”
Aisyah                   : “Aku lagi jalan-jalan kata mama kamu supaya nanti melahirkan lancar jadi aku harus banyak jalan-jalan, kamu juga harus begitu nantinya jika sudah hamil.” (tiba-tiba perut Aisyah sakit, fahri pun datang untuk menolong dan memanggilkan Aisyah suster untuk membantunya membawa Aisyah kembali ke kamarnya, tiba-tiba juga penyakit Maria kambuh dan hidungnya keluar darah)
Dokter                  : “Keadaan Aisyah sedikit terganggau karena kecapekan, dan mungkin agak stres pada awal kehamilannya.”
Fahri                      : “Apa bisa selamat dok??” (dengan wajah cemas)
Dokter                  : “Bayi kalian beruntung karena mempunyai ibu yang sangat kuat                                             seperti Aisyah, dia hanya butuh betress ajah beberapa hari.”
*****
Aisyah   : “Aku suka nama Yusuf.”
Fahri                      : “Emhh, kalau perempuan??”
Aisyah                   : “Kalau perempuan?? Kamu udah jenguk Maria??” (sambil berfikir, lalu tiba-tiba Aisyah ingat Maria)
Fahri                      : “Ehh, aku baru dari sana, emh aku beli makan dulu yah untuk kamu.”
Aisyah   : “Buat Maria juga yah.”
Fahri                      : “Buat kita bertiga.” (dengan tersenyum)
*****
Maria                    : “Fahri ada dimana Aisyah?? Bisa tolong panggilkan Fahri kesini??(dengan cepat Aisyah pergi untuk memanggil Fahri)
Fahri                      : “Maria..Maria..Maria.” (Fahri memanggil-manggil Maria yang sudah tergeletak tidak berdaya ditempat tidur, Fahri takut dan buru-buru menyuruh Aisyah untuk memanggil suster tetapi Maria menarik tangan Aisyah supaya tidak dipanggilkan suster dengan keadaan tidak berdaya Maria mencoba berkomunikasi dengan Fahri dan Aisyah)
Maria                    : “Maafkan aku Fahri, Aisyah.”
Fahri                      : “Maria, tidak ada yang salah sampai kamu harus minta maaf.”
Maria                    : “Aku minta maaf bukan karena kesalahan aku, sekarang aku baru mengerti antara cinta dan keinginan untuk memiliki tidak sama maafkan aku Fahri, Aisyah maafkan aku Fahri ajari aku sholat aku ingin sholat dengan kalian.”
Akhirnya Fahri dan Aisyah menuruti permintaan Maria yang ingin menjalankan sholat dengan mereka, Aisyah pun tak kuat menahan haru dan tanpa disadari Fahri dan Aisyah bahwa Maria sudah menghembuskan nafas terakhirnya dalam takbir pertamanya, dan sholat pun sudah selesai dijalankan Aisyah pun melihat kembali kondisi Maria dan memanggilnya.
Aisyah                   : “Maria..Maria..Maria.” (Aisyah pun memanggail Fahri agar dia melihat kondisi Maria)
Fahri                      : “Maria..Maria..Maria.” (Fahri pun berusaha untuk memanggil-manggil Maria tetapi tetap tidak ada sahutan, Fahri panik dan akhirnya menyuruh Aisyah untuk memanggilkan suster, tak lam suster datang dan menyatakan bahwa Maria sudah meninggal dunia, Fahri dan Aisyah tak kuasa menahan kesedihannya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar