Minggu, 25 Desember 2011

SEJARAH KEPERAWATAN INDONESIA


 Sejarah Perkembangan Keperawatan Nasional

Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda, sehingga akhirnya pada masa Belanda terbentuklah dinas kesehatan tentara dan dinas kesehatan rakyat. Mengingat tujuan pendirian rumah sakit hanya untuk kepentingan Belanda, maka tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara umum, membenahi cara perawatan pasien dangan gangguan jiwa dan memperhatikan kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819, didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun 1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang. Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949 telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat, kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan diploma. Pada tahun 1985 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirnya dengan berkembangnya Ilmu Keperawatan, maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai univeisitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain.
Sejarah perkembangan keperawatan telah banyak dipengaruhi oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang, Belanda dan Inggris. Dalam perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya: Pertama, masa sebelum kemerdekaan, terbagi atas 3 masa penjajahan, yakni:
1.      Masa Penjajahan Belanda
Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosialekonomi yaitu pada saat penjajah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Ziken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Dendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Beanda.
2.      Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)
Gubernur Jendral Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi, antara lain:
1.      Pencacaran Umum
2.      Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3.      Kesehatan para tahanan
Setelah pemerintah kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 -
2.2 Sejarah Proses Keperawatan
            Proses keperawatan merupakan lima tahap proses yang konsisten sesuai dengan perkembangan profesi keperawatan. Proses tersebut pertama kal dijabarkan oleh Hall (1955). Pada tahun 1967, Yura dan Walsh menjabarkan menjadi 4 tahap proses: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahun 1967, edisi pertama proses keperawatan dipublikasikan. Pada edisi tersebut tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kemudian sejak edisi ke dua (1973) dipubikasikan tentang proses keperawatan semakin meningkat. Pada tahun 70an, Bloch (1974), Roy (1975) Mundinger dan Jauron (1975), dan Aspinall (1976) menambahkan tahap diagnosa, sehingga menjadi 5 tahap: 1) pengkajian, 2) diagnosis, 3) perencanaan, 4) pelaksanaan, 5) evaluasi. Sekarang hampir semua buku tentang keperawatan selalu mencantumkan proses keperawatan yang digunakan sebagai sebagai kerangka kerja, dasar, pengantar dari kajian ilmu keperawatan.
            Dengan betrkembangnya waktu, proses keperawatan telah dianggap sebagai suatu dasar hukum praktik keperawatan. Ana (1973) menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pedoman dalam pengembngan standart praktik keperawatan. Proses keperawatan telah digunakan sebagai suatu kerangka konsep kurikulum keperawatan.
            Definisi dan tahapan pada proses keperawatan telah digunakan sebagai dasar pengembangan standart praktik keperawatan, sebagai kriteria dalam progran sertifikasi, sebagai definisi dan standart legal praktik keperawatan. Secara nasional semua kurikulum pendidikan keperawatan di Indonesia (AKPER dan S1 Keperawatan) menggunakan proses keperawatan sebagai kerangka kerja penjabaran kurikulum.
·         Definisi Proses Keperawatan
Definisi proses keperawatan secara umum dapat dobedakan menjadi 3 dimensi : (1) tujuan, (2) organisasi, (3) properti/karakteristik.
1)      Tujuan
Tujuan proses keperawatan secara umum adalah untuk membuat suatu kerangka konsep berdasarkan kebutuhan individu dari klien, keluarga, dan masyarakat dapat terpenuhi. Yura dan Walsh (1983) menyatakan proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan unuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi: mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal, apabila keadaannya berubah membuat suatu jumlah dan kualitas tindakan keperawatan terhadap kondisinya guna kembali ke keadaan yang normal. Jika kesehatan yang optimal tidak dapat tercapai, proses keperawatan harus dapat memfasilitasi kualitas kehidupan yang maksimal berdasarkan keadaannya untuk mencapai derajat kehidupan yang lebih tinggi selama hidupnya.
2)      Organisasi
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, proses keperawatan dikelompokkan menjadi 5 tahap: pengkajian, diagnosa, pelaksanaan, dan evaluasi. Kelima tahap dalam proses keperawatan tersebut sebagai siatu organisasi yang mengatur pelaksanaan asuhan keperawartan berdasarkan suatu rangkaian pengolahan yang sistematik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
3)      Karakteristik
Proses keperawatan mempunyai 6 karakteristik: (1) tujuan, (2) sistematik, (3) dinamika, (4) interaktif, (5) fleksibel, (6) teoritis, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
(1)   Tujuan: Prosees keperawatan mempunyai tujuan yang jelas melalui suatu tahapan dalam meningkatkan kualitas asuhan kepeawatan kepada klien.
(2)   Sistematik: Menggunakan suatu pendekatan yang terorgansir untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini memungkinkan untuk meningkatkan kualitas keperawatan dan menghindari masalah yang bertentangan dengan tujuan intuisi pelayanan kesehatan atau keperawatan.
(3)   Dinamika: Proses keperawatan ditunjukkan dalam mengatasi maalah-masalah kesehatan klien yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Proses keperawatan ditunjukkan dalam suatu perubahan respon klien yang diidentifikasi melalui hubungan antara perawat dan klien.
(4)   Interaktif: Dasar hubungannya adalah hubungan timbal balik antar perawat, klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
(5)   Fleksibel: Adalah suatu proses yang bisa dilihat dalam 2 kontek: (1) dapat diadopsi pada praktik keperawatan dalam situasi apapun, spesialisasi yang berhubungan dengan individu, kelompok, atau masyarakat, (2) tahapannya bisa digunakan secara berurutan dan dengan persetujuan ke dua belah pihak.
(6)   Teoritis: Setiap langkah dalam proses keperawatan selalu didasarkan pada suatu ilmu yang luas, khususnya ilmu dan model keperawatan yang berlandaskan pada filosofi keperawatan bahwa asuhan keperawatan kepada klien harus menekankan pada 3 aspek: 1) humanilistik: Memandang dan memperlakukan klien sebagai manusia dan bahkan sebagai perawat, 2) Holistik: Intervensi keperawatan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia secara utuh, 3) Care: Asuhan keperawatan yang diberikan harus berlandaskan pada standart praktik keperawatan dan etik keperawatan.
·         Implikasi
Penerapan proses kepeawatan mempunyai implikasi atau dampak terhadap: (1) profesi keperawatan, (2) klien, (3) perawat.
(1)   Profesi
Secara profesional, proses keperawatan menyajikan suatu lingkup praktik keperawatan. Melalui lima langkah, keperawatan secara terus menerus mendefinisikan perannya kepada konsumen (klien) dan profesi kesehatan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa keperawatan tidak hanya melaksanakan rencana seperti yang dilaksanakan dokter.
      Praktik keperawatan mencakup standart praktik keperawatan. Stanart tersebut diadopsi dan diterbitkan oleh Ameican Nurses’ Associaton (Ana 1973). Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standart keperawatan tanpa melihat dimana dia bekerja dan spesialisasinuya. Di Indonesia pelaksanaan standart praktik keperawatan juga telah diatur dalam peraturan pemerintah melalui UU Kesehatan di Indonesia (Depkes, 1992) dan akan diberlakukannya PERMENKES No.647/2000 yang mengatur tentang praktik keperawatan profesional diIndonesia.
(2)   Klien
Penggunaan proses keperawatan sangat bermanfaat bagi klien dan keluarga. Kegiatan ini mendorong mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam keperawatan dengan melibatkan mereka kedalam 5 langkah proses. Klien menyediakan sumber untuk pengkajian, validasi diagnosa keperawatan, dan menyediakan umpan balik untuk evaluasi. Perencanaan keperawatan yang tersusun dengan baik, akan memungkinkan perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan secara kontinyu, aman dan terciptanya lingkungan yang terapeutik. Keadaan tersebut akan membantu mempercepat ksembuhan klien dan memungkinkan klien dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang ada.
(3)   Perawat
Proses keperawatan akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan perkembangan profesional. Peningkatan hubungan antara perawat dengan klien dapat dilakukan melalui penerapan proses keperawatan. Proses keperawatan memungkinkan suatu pengembangan dan kereatifitas dalam penjelasan masalah klien. Hal ini akan mencegah dalam pekerjaan yang rutinitas, kejenuhan perawat, dan task-oriented approach.

2 komentar: